MUSLIM ITU SAUDARA...
Saudara itu indah. Ada kedamaian, ketentraman. Jauhkan permusuhan...Kenalilah mereka...Jangan menghukumi mereka sebelum mengetahuinya...Dahulukan kasih daripada bencci
Senin, 19 September 2011
SUDAH BENARKAH MUDIK ANDA KEMAREN?
Oleh. Ahmad Syakirin Asmui Lc., MA.*)
Galib kita lakukan di setiap hari Idul Fitri, yaitu mudik atau pulang kampung (pulkam). Acara mudik itu mempunyai nilai keagamaan yang kuat, yaitu tercermin pada ajaran silaturrahmi. Meskipun secara sosial, masyarakat Indonesia memang gemar bersilaturrahmi, dan itu bias kita lihat dalam tradisi rakyat Indonesia dari berbagai agama dan kepercayaannya, namun kita patut berbangga tradisi itu menemukan lading subur dan momennya pada ajaran agama Islam ini. Maka pemandangan mudik yang menjadi tradisi di negeri ini dengan berbagai macam hiruk pikuknya yang kadang menelan korban (ingat korban mudik tahun ini mencapai angka lebih dari seribu jiwa) sesungguhnya pengejawantahan dari rasa keagamaan dan sosial sekaligus. Dan untuk lebih mendekatkan kita akan makna mudik (baca: silaturrahmi) dari sisi agama kita, tulisan berikut akan sedikit mengupasnya dengan harapan agar pembaca lebih memaknai mudik sebagai ajaran agama ketimbang karena adat tahunan yang kadang kurang dan bahkan tidak mengindahkan ajaran agama dalam bermudik.
Silaturrahmi dalam al-Quran
a. QS. Al-Baqarah: 26-27 mengatakan:
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu[33]. Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar Perjanjian Allah sesudah Perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya (silaturrahmi) dan membuat kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang-orang yang rugi”
b. QS. Ar-Ra’d: 19-25 mengatakan:
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka Alangkah baiknya tempat kesudahan itu. orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan Mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang Itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).
• Kelompok ayat pertama (a): Allah mengkaitkan perilaku fusuq dengan orang melanggar janji, memutus tali rahmi, dan berbuat fasad di dunia (perilaku orang Yahudi).
• Kelompok ayat kedua (b): Allah mengkaitkan sifat Ulil Albab yaitu mereka yang mengerti akan kebenaran al-Quran dengan orang yang menepati janji, silaturrahmi, khasyyah pada Allah, takut pada hisab yang buruk, sabar, mendirikan shalat, infaq, mereka yang menimpali keburukannya dengan kebajikan. Mereka ini mendapatkan surga. Mereka yang berperilaku sebaliknya dan itu dilakukan oleh munafik, mendapat neraka.
Apa Kata Hadits Rasul tentang Silaturrahmi?
• Dari Abu Bakrah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tiada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan Allah hukumannya kepada si pelaku di dunia selain masih terbawa sampai akhirat seperti al-baghyu dan memutus tali rahim” HR. Abu Dawud.
• Dari Anas bin Malik RA, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang ingin dilapangkan rejekinya atau dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali rahim (silaturrahmi)” HR. Al-Bukhari.
• فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ an-Nahl: 16 dan Fathir: 35
Ada dua macam silaturrahmi:
Imam al-Qurthubi berkata: ada dua macam silaturrahmi:
1- Silaturrahmi dalam arti khusus: yaitu menyambung tali rahim dengan keluarga. Lebih jauh beliau menerangkan, dalam hal silaturrahmi dengan keluarga berlaku kaedah “al-aqrobuna awla bi al-ma’ruf” (Kerabat terdekat lebih utama untuk diberikan kebaikan).
2- Silaturrahmi dalam arti umum: yaitu bersilaturrami dengan sesame saudara/ikhwan muslim. Dalam hal ini berlaku kaedah:
- Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” QS. Al-Hujurat: 10.
- Dari an-Nu’man bin Basyir berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih, sayang, dan perasaan mereka adalah seperti satu jasad yang apabila satu organ tubuh mengeluh sakit, maka seluruh tubuhnya ikut merasakannya dengan tidak bias tidur dan panas”.
Silaturrahmi dan Birrul Walidain
- Hadits menyebutkan, ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba seorang lelaki dari bani Salmah datang lalu ia bertanya: “Wahai Rasulullah SAW, apakah saya masih tetap harus birrul walidain setelah kematian mereka berdua? Rasulullah SAW menjawab: “Iya, yaitu dengan berdoa untuk keduanya, memintakan ampunan untuk keduanya, dan melaksanakan janji keduanya setelah kematiannya, dan menyambung tali silaturrahmi (saudara) keduanya, serta memuliakan teman keduanya”.n HR. Abu Dawud.
- Jadi , silaturrahmi adalah bagian dari birrul walidain.
Bagaimana kita bersilaturrahmi?
Pertama; dengan mendoakan kedua orang tua kita baik yang hidup, terlebih yang meninggal dunia. Di sini nilai berharganya dari seorang anak dan letak kesalehan dari seorang anak. Karena Rasulullah pernah menandaskan anak saleh sebagai investasi yang tiada putus.
Kedua; dengan mengunjungi kedua orang tua kita dan saudara-saudara kita, baik tatkala masih hidup juga ketika sudah meninggal dunia. Ketika meinggal kita ke pusara kubur mereka, memintakan ampun untuk mereka. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, dan kasihilah keduanya sebagaimana mereka mendidikku ketika kecil”. Selain juga memintakan ampun untuk saudara-saudara seiman lainnya.
Ketiga: dengan menolong kedua orang tua kita dan sesama muslim lainnya. Ketika orang tua kita sudah tak berdaya, maka anak-anaknyalah yang wajib menafkahi mereka. Sering ada pertanyaan apakah boleh membayar zakat maal untuk kedua orang tua yang tak mampu? Maka sesungguhnya soal orang tua yang tidak mampu babnya masuk pada nafakah anak kepada orang tua. Bab membayar zakat tidak masuk dalam bab ini, dan tidak boleh membayar zakat untuk keduanya. Terhadap saudara-saudara muslimin yang lain juga kita wajib menolong mereka, bila membutuhkan. Allah a’lam bi as-showab.
Galib kita lakukan di setiap hari Idul Fitri, yaitu mudik atau pulang kampung (pulkam). Acara mudik itu mempunyai nilai keagamaan yang kuat, yaitu tercermin pada ajaran silaturrahmi. Meskipun secara sosial, masyarakat Indonesia memang gemar bersilaturrahmi, dan itu bias kita lihat dalam tradisi rakyat Indonesia dari berbagai agama dan kepercayaannya, namun kita patut berbangga tradisi itu menemukan lading subur dan momennya pada ajaran agama Islam ini. Maka pemandangan mudik yang menjadi tradisi di negeri ini dengan berbagai macam hiruk pikuknya yang kadang menelan korban (ingat korban mudik tahun ini mencapai angka lebih dari seribu jiwa) sesungguhnya pengejawantahan dari rasa keagamaan dan sosial sekaligus. Dan untuk lebih mendekatkan kita akan makna mudik (baca: silaturrahmi) dari sisi agama kita, tulisan berikut akan sedikit mengupasnya dengan harapan agar pembaca lebih memaknai mudik sebagai ajaran agama ketimbang karena adat tahunan yang kadang kurang dan bahkan tidak mengindahkan ajaran agama dalam bermudik.
Silaturrahmi dalam al-Quran
a. QS. Al-Baqarah: 26-27 mengatakan:
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu[33]. Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar Perjanjian Allah sesudah Perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya (silaturrahmi) dan membuat kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang-orang yang rugi”
b. QS. Ar-Ra’d: 19-25 mengatakan:
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka Alangkah baiknya tempat kesudahan itu. orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan Mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang Itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).
• Kelompok ayat pertama (a): Allah mengkaitkan perilaku fusuq dengan orang melanggar janji, memutus tali rahmi, dan berbuat fasad di dunia (perilaku orang Yahudi).
• Kelompok ayat kedua (b): Allah mengkaitkan sifat Ulil Albab yaitu mereka yang mengerti akan kebenaran al-Quran dengan orang yang menepati janji, silaturrahmi, khasyyah pada Allah, takut pada hisab yang buruk, sabar, mendirikan shalat, infaq, mereka yang menimpali keburukannya dengan kebajikan. Mereka ini mendapatkan surga. Mereka yang berperilaku sebaliknya dan itu dilakukan oleh munafik, mendapat neraka.
Apa Kata Hadits Rasul tentang Silaturrahmi?
• Dari Abu Bakrah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tiada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan Allah hukumannya kepada si pelaku di dunia selain masih terbawa sampai akhirat seperti al-baghyu dan memutus tali rahim” HR. Abu Dawud.
• Dari Anas bin Malik RA, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang ingin dilapangkan rejekinya atau dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali rahim (silaturrahmi)” HR. Al-Bukhari.
• فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ an-Nahl: 16 dan Fathir: 35
Ada dua macam silaturrahmi:
Imam al-Qurthubi berkata: ada dua macam silaturrahmi:
1- Silaturrahmi dalam arti khusus: yaitu menyambung tali rahim dengan keluarga. Lebih jauh beliau menerangkan, dalam hal silaturrahmi dengan keluarga berlaku kaedah “al-aqrobuna awla bi al-ma’ruf” (Kerabat terdekat lebih utama untuk diberikan kebaikan).
2- Silaturrahmi dalam arti umum: yaitu bersilaturrami dengan sesame saudara/ikhwan muslim. Dalam hal ini berlaku kaedah:
- Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” QS. Al-Hujurat: 10.
- Dari an-Nu’man bin Basyir berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih, sayang, dan perasaan mereka adalah seperti satu jasad yang apabila satu organ tubuh mengeluh sakit, maka seluruh tubuhnya ikut merasakannya dengan tidak bias tidur dan panas”.
Silaturrahmi dan Birrul Walidain
- Hadits menyebutkan, ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba seorang lelaki dari bani Salmah datang lalu ia bertanya: “Wahai Rasulullah SAW, apakah saya masih tetap harus birrul walidain setelah kematian mereka berdua? Rasulullah SAW menjawab: “Iya, yaitu dengan berdoa untuk keduanya, memintakan ampunan untuk keduanya, dan melaksanakan janji keduanya setelah kematiannya, dan menyambung tali silaturrahmi (saudara) keduanya, serta memuliakan teman keduanya”.n HR. Abu Dawud.
- Jadi , silaturrahmi adalah bagian dari birrul walidain.
Bagaimana kita bersilaturrahmi?
Pertama; dengan mendoakan kedua orang tua kita baik yang hidup, terlebih yang meninggal dunia. Di sini nilai berharganya dari seorang anak dan letak kesalehan dari seorang anak. Karena Rasulullah pernah menandaskan anak saleh sebagai investasi yang tiada putus.
Kedua; dengan mengunjungi kedua orang tua kita dan saudara-saudara kita, baik tatkala masih hidup juga ketika sudah meninggal dunia. Ketika meinggal kita ke pusara kubur mereka, memintakan ampun untuk mereka. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, dan kasihilah keduanya sebagaimana mereka mendidikku ketika kecil”. Selain juga memintakan ampun untuk saudara-saudara seiman lainnya.
Ketiga: dengan menolong kedua orang tua kita dan sesama muslim lainnya. Ketika orang tua kita sudah tak berdaya, maka anak-anaknyalah yang wajib menafkahi mereka. Sering ada pertanyaan apakah boleh membayar zakat maal untuk kedua orang tua yang tak mampu? Maka sesungguhnya soal orang tua yang tidak mampu babnya masuk pada nafakah anak kepada orang tua. Bab membayar zakat tidak masuk dalam bab ini, dan tidak boleh membayar zakat untuk keduanya. Terhadap saudara-saudara muslimin yang lain juga kita wajib menolong mereka, bila membutuhkan. Allah a’lam bi as-showab.
Langganan:
Postingan (Atom)