Bisnis Internet Adsense

Mau Fokus di Adsense ? Klik disini aja!

Minggu, 15 Agustus 2010

USTADZ, DOSEN, DAN PENTERJEMAH

Empat tahun sudah usiaku di Indonesia pasca tiga belas tahun menjadi tamu di negeri seribu satu menara Mesir. Dalam perjalanan empat tahun itu, liku-liku kehidupan telah aku jalani. Dari aktivitas terjemah buku (moga Allah selalu memberi taufiq teman-teman AQWAM Solo yang banyak membimbing saya dalam dunia ini), mengajar honorer di Universitas Widyagama dan UIN Maliki Malang, membina adik-adik mahasiswa di asrama Lembaga Pendidikan Insani (LPI) Malang, dan yang tak kalah penting adalah berinterkasi dengan masyarakat melalui acara kajian/pengajian baik melalui mimbar radio,halaqah,atau podium.



Di antara aktivitas-aktivitas itu, salah satu yang menarik perhatian saya adalah respon dari stakeholder yang cukup beragam. Dari sekedar menyatakan apresiasi yang baik, lalu curhat, konsultasi agama dan bahkan ada yang meminta dicarikan pekerjaan.Dan rata-rata respon itu datang dari komunitas di mana saya berstatus sebagai USTADZ. Sementara sedikit mahasiswa -di mana saya menjadi DOSEN- yang merespon apa yang saya sampaikan di kelas. Apalagi pembaca buku yang saya terjemahkan sama sekali tidak interaktif ke saya (mungkin ke penerbit ya?).



Ya, ternyata seorang USTADZ menjadi tempat bagi banyak hal oleh masyarakatnya melebihi profesi-profesi lain yang saya jalankan. Apa sebab gerangan? Apakah karena ustadz seorang yang dianggap sebagai ahli agama? Apakah sebab bebas dari formalitas? Apa karena ustadz kelihatan alim/suci dibanding profesi lain? Banyak dugaan-dugaan yang ada dibenak ketika saya coba menjawab. Mungkin perlu studi lapangan untuk mengkonfirmasi masing-masing jawaban tersebut.



Almuhimm, adalah realitas sosial seorang ustadz menjadi tempat curhat yang aman, adalah kenyataan ustadz menjadi tempat konsultasi agama,pribadi, keluarga, bahkan pekerjaan.



Tingginya tingkat kepercayaan masyarakat ini tentu harus diimbangi dengan tingginya tanggung jawab dari seoarang ustadz. Sedikit salah dalam pandangan masyarakat, ustadzpun akan dicaci dan seterusnya. Itulah yang terjadi dengan ustadz ternama yang dianggap salah. Saya ingat dulu sebelum di'blacklist' seorang ibu dibela-belain nunggu berjam-jam untuk melihat acara ustadz tenar itu, namun begitu dianggap bersalah, sontak ibu tadi berubah muamalahnya kepada ustadz tersebut. Anaknya memberi tahukan akan adaacara bersama ustadz itu, sang ibu kontan bilang amit-amit.



Itulah ustadz....