Bisnis Internet Adsense

Mau Fokus di Adsense ? Klik disini aja!

Senin, 28 Juni 2010

Bergabunglah

Dear teman-teman semua,..

Pada posting kali ini, saya ingin menyampaikan sebuah kabar gembira untuk Anda semua. Kabar gembiranya adalah: telah diluncurkan sebuah jaringan PPC baru, bernama NegeriAds.Com.

PPC Ads Network lagi? Betul sekali. Tapi tentu, jaringan baru ini tidak akan seperti yang lainnya. Jaringan PPC ini akan lebih user friendly, responsif dan tentunya juga lebih membawa untung untuk semua pihak.

Bagi Anda yang tertarik untuk menjadi advertiser, untuk menyebarkan iklan tentang produk-produk Anda, atau produk-produk yang Anda affiliasikan, bisa mulai mencoba untuk mengiklankannya di jaringan NegeriAds.Com.

Cost per Click (CPC) sangat murah, hanya mulai Rp 400 / klik / iklan. Dan dengan dilindungi oleh sistem Anti Fraud (1 klik / IP / hari), Anda bisa lebih tenang dan yakin bahwa setiap sen uang yang Anda keluarkan tidak sia-sia.

Bagi para affiliate dan reseller, Anda bisa menjadikan jaringan NegeriAds.Com pilihan alternatif (atau bahkan pilihan utama) untuk beriklan. Bagi para product owner, Anda pun bisa melakukan hal serupa plus merekomendasikan jaringan baru ini kepada para affiliate dan reseller Anda (karena persaingan di jaringan PPC lain sudah ketat).

Untuk mereka yang ingin menjadikan blog / website yang sudah dimiliki sebagai sebuah mesin uang, segeralah bergabung menjadi publisher NegeriAds.Com, dan mulai jaring komisi dari klak-klik pengunjung pada blog / website Anda. Pendaftaran publisher 100% GRATIS.

NegeriAds.Com memberikan sharing profit yang adil, 50%-50% antara network owner dan para publisher. Untuk jenis dan ukuran iklan, disediakan berbagai ukuran iklan berbasis text dan gambar dengan standard tampilan yang sesuai dengan ukuran IAB.

Minimum payout hanya Rp 50.000 dan dibayar dalam waktu 7-14 hari setelah request komisi dilakukan. Ini jauh lebih baik daripada banyak jaringan PPC lainnya yang baru melakukan pembayaran setelah 30 atau bahkan 40 hari setelah payout diminta... mana mau nunggu lama-lama.

Pada akhirnya, saya rasa NegeriAds adalah tempat yang tepat bila Anda ingin menjadi seorang Advertoser atau Publisher untuk market Indonesia.

Untuk Anda yang ingin tahu lebih banyak tentang NegeriAds.Com dan ingin mendaftar (sebagai Advertiser atupun Publisher), silakan segera datang ke:

•••> http://negeriads.com/index.php?r=7537

Selamat mencoba menjadi publisher NegeriAds.

Salam sukses untuk Anda!

Minggu, 27 Juni 2010

Dari Blog Sebelah

PKS Watch

Catatan seorang simpatisan kepada gerakan dakwah Ikhwan, atas dasar cinta pada dakwah yang lurus dan istiqomah di jalan Allah dan manhaj dari para nabi.
Selamat Tinggal PKS dan PKSWatch

Selamat Tinggal PKS dan PKSWatch


Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, kita memujiNya, minta tolong padaNya, mohon ampun padaNya dan bertaubat hanya padaNya. Shalawat dan salam untuk qudwah kita Muhammad Rasulullah shallalLahu 'alaihi wassalam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang setia kepadanya hingga hari kiamat.

26 Oktober 2005, ketika saya memulai blog PKSWatch untuk pertama kalinya, didasari dengan sebuah rasa keprihatinan atas sepak terjang gerakan dakwah yang saya cintai, yang saya lihat mulai keluar dari rel dan celakanya tidak banyak disadari oleh para penghuninya. Ada total 83 tulisan dan ribuan komentar dari para pembaca, hingga saya memutuskan untuk membekukannya pada tangga 25 Desember 2006, ketika hit blog sedang tinggi-tingginya.

Ketika saya mulai pertama kali, saya menggunakan nada tulisan yang keras terutama pada 2-3 bulan pertama, dengan maksud untuk menyentak pemikiran, tapi saya salah karena yang terjadi malah sikap antipati yang berlebihan meskipun setelah berjalan beberapa bulan nada tulisan sudah jauh berubah. Namun demikian beberapa tulisan yang keras tersebut tetap ada sehingga pembaca yang baru mengikuti cenderung untuk bersikap antipatif pula. Selain itu kebijakan sensor komentar juga sangat liberal, sehingga suasana diskusi terkadang sangat panas. Atas beberapa pertimbangan, saya memutuskan untuk membekukan blog itu terlebih dahulu.

Dalam perjalanannya, periode di atas itu saya sebut blog PKSWatch versi 1.

Pertengahan 2007, beberapa ikhwah kader di Jakarta menghubungi saya, menasehati dan meminta saya untuk mengaktifkan lagi blog PKSWatch sebagai sarana kontrol kepada jama'ah. Akhirnya tanggal 12 November 2007, saya mulai kembali blog PKSWatch (versi 2). Dengan tulisan yang lebih kuat pada referensi ilmiah, dalam perjalanannya ada 77 tulisan dengan total ribuan komentar pembaca hingga tanggal 9 Juni 2009. Sebagian tulisan tersebut dibuat oleh asatidz yang juga prihatin terhadap PKS, ada tulisan mereka yang memang sudah tersedia di ranah publik, ada pula tulisan yang memang baru dimuat di blog PKSWatch.

Kemudian sempat vakum karena saya sempat merasa amat "mual" melihat polah politik PKS pada waktu itu, terutama menjelang pemilu presiden 2009. Sampai kemudian saya mulai lagi pada tanggal 17 Desember 2009. Kali ini hanya ada tiga tulisan hingga saya membuat tulisan ini. Mood saya untuk menulis tidak seperti dulu lagi, mungkin karena sudah malas melihat PKS semakin jauh dari yang saya bayangkan, dari rel yang semestinya PKS berada di atasnya.

Padahal sangat banyak data dan informasi masuk kepada saya, sebagian lengkap dengan bukti-bukti, yang bisa saya gunakan untuk membuat tulisan, tapi saya sudah seperti kehilangan minat kepada PKS. Dulu, saya membuat blog ini karena saya yakin bahwa PKS bisa tetap dijaga agar tetap berada di atas relnya.

Banyak ikhwah yang mengakui bahwa mereka tersadarkan oleh keberadaan blog ini, tapi juga banyak yang jengkel dan tidak setuju dengan blog ini, lalu meminta saya untuk menghentikan blog ini. Kepada mereka, saya menjawab bahwa saya akan menghentikan blog ini kalau ada satu dari dua kondisi sudah tercapai, yaitu:
- Pertama, PKS kembali lurus minimal seperti di masa awal-awal pendirian PK, atau
- Kedua, PKS sudah rusak parah, atau sudah bukan menjadi partai Islam lagi.

Karena saya tidak memiliki kepentingan ekonomi apapun dari blog ini. Motivasi saya murni karena mencintai sebuah jama'ah dakwah, yang cukup berjasa dalam memberikan pemahaman Islam kepada saya. Ketika saya melihat PKS sudah mulai keluar rel, saya coba ingatkan sebisa saya, secara publik tanpa membongkar hal-hal rahasia, semacam melakukan debunking terhadap PKS.

Dulu ada yang bertanya, mengapa saya tidak membuat juga PDIPWatch, GolkarWatch, dan seterusnya, mengapa hanya PKS? Jawaban saya, karena PKS berbeda. PKS (dulu) adalah sebuah jama'ah dakwah, bukan hanya partai politik. Saya kritisi, karena saya sayang pada jama'ah dakwahnya, bukan karena ke-parpol-annya. Yang lain saya sama sekali tidak berminat, karena sama saja, partai yang berorientasi kekuasaan dan materi. PKS, sempat sangat saya khawatirkan akan menjadi seperti itu juga, karena itulah saya mencoba menjaga sebisa saya.

Tapi hari ini, baru saja munas PKS berakhir. Sejak dari pemilihan tempat di hotel super mewah, sudah jelas PKS mengumumkan untuk perubahan citra, dan kemudian semakin dikukuhkan dengan berbagai manuver yang telanjang diperlihatkan kepada masyarakat.

Sekjen PKS Anis Matta mengatakan bahwa mereka ingin keluar dari tema-tema sempit, dalam rangka mengubah citra Islamis, dengan jargon "PKS Untuk Semua". Ini bukan pertama kalinya diungkap oleh Anis Matta, PKSOnline tanggal 23 Januari 2009 juga mencatat pernyataan semacam ini dari Anis Matta, bahwa era politik aliran sudah berakhir. Lalu diperkuat lagi dengan pernyataan wakil Sekjen Zulkiflimansyah pada tanggal 30 Januari 2009, bahwa syariat Islam itu sudah agenda masa lalu.

Jadi misi-misi dakwah seperti pemurnian akidah tauhid, penegakan nilai syari'ah, adalah hal-hal yang sudah tidak relevan lagi buat PKS dan dianggap sebagai tema yang sempit. Nastaghfirullah, padahal tidaklah Allah Ta'ala mengutus para nabi dan rasul kecuali untuk tugas-tugas ini, tapi ternyata itu ditegaskan sebagai hal yang tidak relevan lagi oleh PKS.

Lalu dalam munas 2010 hal ini lebih ditegaskan lagi, sampai kepada masalah teknis seperti pengurus dari daerah hingga pusat yang tidak perlu berikrar syahadat lagi sehingga bisa diduduki oleh kalangan non muslim. Jelas ini sudah menyimpang sangat jauh.

Tujuannya sudah jelas, ingin mengubah diri menjadi partai "aliran tengah", terbuka dan nasionalis. Hal ini dalam koridor hukum di Indonesia sah-sah saja. Tapi saya jadi merasa tertipu, karena dulu saya mendukung dan mencintai PKS karena adanya tujuan penegakan nilai-nilai Islam di Indonesia melalui koridor konstitusional, meskipun dengan cara yang lambat karena harus dibarengi dengan dakwah kepada masyarakat, bahwa masyarakat yang memilih PKS memang karena mereka menyadari pentingnya sebuah wasilah dakwah di ranah politik.

Ternyata sebagian oknum pimpinan tidak sabar dengan lambatnya pencapaian ini, lalu dakwah dikuantifikasi menjadi perolehan angka-angka kursi. Padahal dalam hadits sudah dijelaskan, bahwa di hari kiamat nanti ada nabi yang datang dengan banyak pengikut, ada yang nabi yang datang dengan sedikit pengikut, ada pula nabi yang datang tanpa pengikut. Kalahkah mereka? Tentu saja tidak, karena tugas dakwah adalah tugas mulia, di mana manusia hanya dibebankan untuk menyampaikan secara hikmah dengan koridor dakwah yang sudah digariskan di dalam Islam, sementara hasilnya itu urusan Allah semata.

Karena tidak sabar ingin menjadi besar, maka citra partai harus diubah "ke tengah", agar tidak lagi terkesan sebagai partai Islam. Lalu kalau sekarang menjadi partai tengah atau nasionalis atau terbuka, lantas apa bedanya dengan PDIP, PD atau Golkar? Sudah sama saja. Toh mayoritas di partai-partai itu juga umat Islam, saudara seakidah juga. Toh juga ada ustadz dan kyai di partai-partai itu. Kalau untuk Indonesia yang lebih baik, maka semua partai juga memiliki slogan itu. Kalau alasannya nasionalis religius, maka partai-partai lainpun begitu juga. Dengan demikian, jelaslah sudah.

Ya, dengan begini lebih jelas dan enak. PKS adalah partai terbuka, sementara saya mengkritisi PKS karena mencintainya sebagai gerakan dakwah. Setelah menjadi partai terbuka dan meninggalkan tujuan-tujuan dakwah, maka hilangnya "illat" atau alasan saya untuk mengkritisi PKS lagi.

Dari dua point yang saya jelaskan sebelumnya, bahwa saya akan menghentikan blog ini kalau PKS kembali lurus atau sudah rusak parah, maka point kedua sudah terjadi. Inilah sebabnya saya buat tulisan ini, ini sebabnya saya kemudian memutuskan untuk menutup blog ini secara permanen, bukan dalam rangka pembekuan sementara.

Untuk ikhwah yang merasa mendapatkan ilmu dan manfaat dari blog ini, saya katakan bahwa kalau itu memang ilmu yang benar, maka itu datangnya semata dari Allah Ta'ala. Kalau salah, maka itu datang dari kelemahan saya. Semoga Allah mengampuni saya dan kita semua.

Untuk ikhwah (dan pengurus PKS) yang merasa jengkel dengan keberadaan blog ini, setulusnya saya mohon maaf. Tidak ada sedikitpun niat saya kecuali untuk menjaga jama'ah tetap berada pada rel dakwah, dan hari ini sudah ditegaskan bahwa PKS bukan lagi partai dakwah. Jadi kalaupun harus dakwah, tidak ada alasan lagi buat saya untuk memperhatikan PKS secara khusus seperti selama ini.

Untuk ikhwah yang selama ini sudah mengenal saya secara langsung, maka hubungan ukhuwah kita tidak akan putus kecuali Allah menghendaki demikian. Untuk yang belum mengenal saya secara langsung, mudah-mudahan suatu saat Allah mempertemukan kita. Tidak ada niat saya untuk bersembunyi secara pengecut, tapi semata karena saya orang yang lemah, yang mudah terganggu keikhalasan hatinya kalau diri ini terpublikasi secara luas.

Kepada para asatidz dan ikhwah yang selama ini sudah menjaga saya, menasehati saya, mengkritisi saya kalau saya keliru, semoga Allah Ta'ala membalas Anda semua dengan kebaikan.

Kepada semua ikhwah, jangan patah arang, jangan putus asa untuk berdakwah, anggaplah perilaku PKS saat ini sebuah ujian bagi sebuah gerakan dakwah. Sebuah ujian yang sudah ratusan mungkin ribuan kali ditimpakan kepada sebuah kaum, ada yang selamat tapi lebih banyak yang gugur, karena ujian dalam bentuk kenikmatan duniawi (seperti yang menimpa PKS sekarang) memang lebih berat daripada ujian berupa kesulitan. Dakwah tetap harus jalan dengan atau tanpa PKS. Masih banyak wasilah dakwah yang lain.

Sedikit curhat, saya sempat sedih seminggu belakangan ini, perasaan saya seperti kehilangan, mirip waktu almarhum bapak saya wafat (meskipun tidak sesedih itu). Ya, sedih karena kehilangan wasilah dakwah yang saya cintai dan saya harapkan selama ini. Lalu sudah menjadi qadarullah, beberapa hari yang lalu, saya menghadiri sebuah halaqoh yang diisi oleh ustadz Abdullah Gymnastiar. Paparan beliau mengenai dakwah, tauhid dan keikhlasan hati sungguh menyentuh, membuat saya menangis (tentunya setengah mati saya tahan karena malu terlihat yang lain). Intinya, saya bisa melihat kesalahan terbesar saya selama ini, bahwa saya berharap pada PKS. Ini sudah salah. Saya hanya boleh berharap kepada Allah Ta'ala semata. Hanya Allah yang tidak akan mengecewakan kita.

Kini, alhamdulillah, saya mulai bisa melepaskan PKS dari hati saya, dari pikiran saya, dan saya malah merasa plong. Selamat tinggal PKS. Pembicaraan dan pikiran mengenai PKS sudah sama sekali tidak menarik minat saya lagi, sudah sama seperti ketika membicarakan partai-partai politik yang lain. Dengan hati yang yakin, mantap dan ringan, dengan menyebut asma Allah Ta'ala, saya menyatakan menutup blog ini.

Singapura, 7 Rajab 1431 Hijriyah, 21 Juni 2010, 00:30.
DOS

Selasa, 22 Juni 2010

Pengembangan Teknologi Cetak dan Audio visual dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa Arab



Ahmad Syakirin Asmui

Sebagaimana kita tahu, unsur inti dalam teknologi pendidikan adalah “belajar” dan “sumber-sumber” untuk keperluan belajar itu. Namun kedua unsur inti belum menjamin adanya teknologi pendidikan. Masih diperlukan adanya unsur lain yaitu dipakainya “pendekatan sistem” dan adanya “pengelolaan” atas seluruh kegiatan. Dengan mengutamakan masalah “belajar” (dan bukan alatnya atau bahannya) maka dalam teknologi pendidikan yang dijadikan titik perhatian utama adalah anak didik. Anak didik supaya belajar perlu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar. Proses interaksi ini perlu dikembangkan secara sistematik, serta dikelola dengan baik .
Domain teknologi pendidikan secara ringkas dapat dilukiskan sebagai berikut (AECT, 1971 hal. 2)
:



Karenanya teknologi pendidikan diartikan sebagai “metode bersistem untuk merencanakan, menggunakan, dan menilai seluruh kegiatan pengajaran dan pembelajaran dengan memperhatikan, baik sumber teknis maupun manusia dan anteraksi antara keduanya, sehingga mendapatkan bentuk pendidikan yang lebih efektif .
Dari penjelasan tersebut, cukup jelas bahwa domain kajian ini terletak pada pengembangan sumber belajar yang berupa bahan yang diartikan sebagai sesuatu (biasa pula disebut media atau software) yang mengandung pesan untuk disajikan, melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri . Bahan mana bisa dikembangkan dalam proses pembelajaran Bahasa Arab.
Dari situ, tulisan berikut setidaknya berupaya menguak tiga hal berikut:
- Mengetahui karakteristik dari masing-masing media cetak dan audio visual.
- Mengetahui proses pembelajaran Bahasa Arab.
- Bagaimana media cetak dan audio visual itu bisa dikembangkan untuk pembelajaran bahasa Arab.

Beberapa Pengertian Kata Kunci dalam Kajian ini
- Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia media diartikan sebagai “alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk”. Media cetak adalah sarana media massa yg dicetak dan diterbitkan secara berkala spt surat kabar, majalah. Bahwasannya media itu merupakan wahana penyalur pesan atau informasi belajar, terungkap antara lain dari pendapat ahli seperti berikut:
• Information carrying technologies that can be used for instruction… The media of instruction, consequently are extensions of the richer. (Wilbur Schramm, 1977 dalam Yusufhadi Miarso, 1984).
• Printed and audiovisual forms of communication and their accompanying technology (NEA, 1969, dalam Yusufhadi Miarso, 1984).
• The physical means of conveying instructional content… books, films, videotapes, slide-tipes, etc. (Leslie J. Briggs, 1977, dalam Yusufhadi Miarso, 1984)
Dari ketiga pendapat tersebut sepakat bahwa a) media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, b) bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.
- Teknologi cetak terdiri dari dua kata yaitu teknologi dan cetak. Kata teknologi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: “keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia”. Sedangkan kata cetak (mencetak) adalah “perihal yang berhubungan dengan pencetakan buku dan lain sebagainya”. Sedangkan mencetakkan berarti “menerbitkan buku dan lain sebagainya”. Sementara cetakan diartikan sebagai “penerbitan buku dan lain sebagainya”. Sedangkan media cetak diartikan sebagai “media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti surat kabar dan majalah”. Jadi gabungan dua kata teknologi cetak bias diartikan sebagai “keseluruhan sarana yang dimaksudkan untuk menerbitkan buku dan bahan-bahan cetakan lainnya”.
- Audio visual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “bersifat dapat didengar dan dilihat” atau juga menunjuk pada “alat peraga bersifat dapat didengar dan dilihat, seperti film” .
- Televisi: sistem penyiaran gambar yg disertai dng bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dng menggunakan alat yg mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yg dapat dilihat dan bunyi yg dapat didengar.
I. Karakteristik Media Cetak dan Audio visual dalam Proses Pembelajaran

Manfaat Media Pendidikan Secara Umum:
Secara umum, sebagai bagian dari system pembelajaran, media mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan/ketrampilan untuk:
a) Membuat konkret konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan system peredaran darah;
b) Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar seperti binatang buas atau penguin dari kutub;
c) Menampilkan obyek yang terlalu besar, nisalnya seperti pasar atau candi Borobudur;
d) Menampilkan obyek yang tak dapat diamati dengan mata telanjang seperti halnya mikro-organisme;
e) Mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slomotion; memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya;
f) Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa;
g) Membangkitkan motivasi belajar;
h) Member kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar;
i) Memberikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan;
j) Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu maupun ruang; dan
k) Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa .
Selain itu, media pendidikan secara umum mempunyai kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif anak didik, serta mempersatukan pengamatan anak. Hambatan komunikasi yang sering timbul adalah disebabkan karena:
a. Verbalisme-ketergantungan pada penggunaan kata-kata lisan untuk memberikan penjelasan.
- Seeing is believing (melihat menimbulkan kepercayaan).
- A picture worth a thousand words (satu gambar senilai dengan seribu kata).
b. Kekacauan penafsiran
c. Perhatian yang bercabang
d. Tidak ada tanggapan.
e. Kurang perhatian.
f. Keadaan fisik lingkungan belajar yang mengganggu.
Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
a- Menimbulkan kegairahan belajar.
b- Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
c- Memungkinkan belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minat anak didik.
Dengan sifat yang unik pada tiap anak ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap anak, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanyaitu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan anak berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya untuk dipakai:
- Memberikan perangsang yang sama.
- Mempersamakan pengalaman,
- Menimbulkan persepsi yang sama .
Karakteristik Media Cetak dan Audio Visual:
Sebelum kita membicarakan tentang karakteristik masing-masing dari media cetak dan media audio visual, terlebih dahulu kita perlu mengetahui daftar kelompok dari media pembelajaran yang termasuk dalam kategori media cetak dan audio visual. Tabel berikut akan menjelaskan masalah ini secara lebih gamblang.



Kelompok Media Media Pembelajaran
I. Cetak



II. Audio visual - Buku teks terprogram
- Buku pegangan/manual
- Buku tugas

- Film suara

- Video

Di tinjau dari karakteristik media cetak dan media audio visual, Rudy Bretz melihat media audio visual adalah yang paling lengkap karena ia menggunakan kemampuan audio (dengar) dan visual (gambar) serta gerak. Sedangkan media cetak hanyalah media yang mampu menampilkan informasi berupa huruf dan angka (alpha-numeric) dan simbol-simbol verbal tertentu saja.
Sedangkan Schramm, melihat karakteristik kedua jenis media ini menurut kemampuan daya liputnya. Ia melihat media audio visual mempunyai karakter mempunyai liputan luas dan serentak, tapi juga beberapa jenisnya mempunyai liputan terbatas pada tempat/ruangan. Sementara media cetak seperti buku dan modul merupakan media untuk belajar individual (mandiri).
Schramm juga mengadakan klasifikasi media menurut kontrol pemakai atas media.
Media/Kontrol Portabel Utk di rumah Siap setia saat Terkendali Mandiri Umpan Balik
a. Kelompok Audio visual
Televisi
Film
Video kaset
Komputer*)
b. Kelompok Media Cetak
Buku
Teks berprogram/
Modul



Tidak
Ya
Tidak
Tidak



Ya
Ya


Ya
Ya
Sulit
Tidak



Ya
Ya


Tidak
Ya
Ya
Ya



Ya
Ya


Tidak
Sulit
Ya
Ya



Ya
Ya


Ya
Sulit
Ya
Sulit



Ya
Ya


Tidak
Tidak
Tidak
Ya



Tidak
Ya
Tabel Klasifikasi Media Menurut Kontrol Pemakai
Mengenai kelebihan media TV sebagai bagian sintesis dari media audio visual, Ahustead dan Graf (1960, dalam Drs. Cece Wijaya, dkk 1992) melaporkan hasil studi mereka mengenai pengajaran geometri melalui TV. Kepada siswa kelas 10 diajarkan geometri melalui TV saja, sedangkan kepada sejumlah siswa kelas 4 dan 6 diajarkan memabaca melaui TV dengan kemungkinan akses untuk berbicara balik (bertanya atau menjawab), jika diperlukan. Hasilnya adalah 85% siswa kelas 10 tesebut lulus ujian New York Regents, dan 50 %dari jumlah itu mencapai skor lebih dari 90. Hasil ini setara dengan yang dicapai para siswa yang belajar di sekolah-sekolahj biasa. Sedangkan siswa kelas 4 dan 6 yang belajar membaca lewat TV tadi menghabiskan waktu rata-rata 10 bulan untuk berhasil melampaui tes yang sudah distandarkan untuk pelajaran yang jangka waktunya 9 bulan. Penelitian positif ini juga didukung oleh hasil penelitian-penelitian serupa lainnya yang umumnya melihat peningkatan peserta didik dalam hasil belajar setalah menggunakan media TV. Hal ini membuat Chu dan Schramm (1967) mengemukanan pengalaman berikut mengenai hasil penelitian tentang TV instruktual: Tidak akan ada keraguan lagi bahwa anak-anak dan orang dewasa belajar banyak dari TV instruksional, seperti yang diperoleh mereka melalui pengalaman laiunnya yang dapat dibuat agar penglaman-penglaman yang berbeda tampak serasi dengan mereka, seperti menyaksikan seseorang mengitari lingkaran tarian hula atau seseorang yang sedang membaca ensiklopedia. Keefektifan TV sekarang telah didemonstrasikan dengan baik dalam lebih dari 100 eksperimen dan beberapa ratus perbandingan lainnya, yang dilakukan di berbagai tempat di dunia, baik di Negara berkembang maupun di begara industry, pada setiap angkatan dari taman kanak-kanak sampai pendidikan orang dewasa, dan untuk aneka ragam mata pelajaran serta metode . Para peneliti menemukan kelebihan-kelebihan media TV sebagai sintesis audio-visual, sebagai berikut: 1). Siswa banyak belajar melalui TV pendidikan, bahkan melebihi pengajaran klasikal. 2) dalam banyak hal, program pengajarannya menampakkan hasil belajar yang lebih baik disbanding dengan tatap muka. 3) siswa yang cacat memperoleh keuntungan, karena mereka dapat belajar sebagaimana di kelas. 4) Materi dapat diberikan melalui berbagai media pengajaran audiovisual. 5) TV pendidikan memberikan pengalaman belajar-mengajar yang tinggi tingkatnya .
II. Proses Pembelajaran Bahasa Arab

Bahasa Arab bagi kita boleh dikatakan sebagai bahasa kedua. Pengajaran bahasa kedua oleh para ahli diartikan sebagai “setiap kegiatan terprogram yang dilakukan seseorang untuk membantu orang lain agar mampu berkomunikasi dengan sistem yang berupa simbol kebahasaan yang sama sekali berbeda dengan simbol kebahasaan dan komunikasi yang biasa dipakainya”.
Dari definisi di atas, yang menjadi pertanyaan adalah apa arti kita mengajarkan bahasa Arab kepada orang yang berbicara dengan bahasa lain? Setidaknya kita bisa memahami hal-hal berikut:
1- Pengajaran bahasa Arab lebih luas dari sekedar mengisi otak siswa dengan informasi seputar bahasa Arab atau ide-ide terkait. Pengajaran bahasa adalah kegiatan integral yang bertujuan tiga hal:
 Mengembangkan kemampuan mental siswa
 Membangun emosi siswa dan arah positif emosi mereka terhadap bahasa Arab dan budayanya.
 Penguasaan siswa akan skill bahasa tertentu.
2- Pengajaran bahasa adalah kegiatan terprogram, di mana pengajarnya bertumpu pada persepsi sesuai misi yang diperjuangkannya dan peran yang dimainkannya. Karenanya selayaknya pengajaran itu didasarkan pada planning yang mempunyai tujuan dan langkah-langkah tertentu.
3- Pengajaran bahasa bukanlah upaya sendirian di depan orang lain, ia adalah rekontruksi pengalaman. Rekontruksi ini merupakan kegiatan yang memerlukan peran dari guru dan siswa. Ia adalah upaya bersama dan integral yang menuntut kerja keras guru dan siswa.
4- Tujuan pengajaran bahasa Arab bukanlah guru menambah segala hal kepada siswa, guru menemani siswanya sepanjang masa belajar, lalu murid menunggu pendapat dari guru dalam setiap keadaan, menjawab pertanyaan. Guru yang sukses adalah yang membantu siswa untuk berpikir sendiri dan untuk dirinya sendiri.
5- Pengajaran bahasa Arab adalah pengajaran yang memudahkan proses pembelajarannya. Sementara pengajaran yang tidak bagus adalah yang menghambat prose situ atau mendatangkan kesalahan.
6- Prinsip-prinsip dari sikap pengajaran adalah sama, yang berbeda adalah cara menangani prinsip itu. Kurikulum berbeda, metode pengajaran berbeda, materi pelajaran bermacam-macam….dst.
7- Hasil dari logika pengajaran bahasa dan budaya asing bukanlah segalanya, di sini cara/media mempunyai urgensi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Yang terpenting, bukannya kita menjejali siswa dengan informasi dan pengetahuan, justru penting juga bagaimana informasi dan pengetahuan itu dipelajari. Proses adalah salah satu dari tujuan-tujuan pengajaran, sebagaimana hasil belajar juga termasuk tujuannya .

III. Pengembangan Media Cetak dan Audio Visual untuk Pembelajaran Bahasa Arab.
Sebelum kita membicarakn tentang pengembangan media baik cetak maupun audia visual, ada satu hal yang tak kalah pentingnya dalam teknologi pendidikan terkait dengan medianya, yaitu pemilihan media yang tepat. Berikut sedikit akan diuraikan tentang prinsip-prinsip pemilihan media dan karakter masing-masing media.
Pemilihan Media
Teori umum yang mendukung proses pemilihan media memang belum ada karena ada. Namun begitu ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media meskipun caranya dapat berbeda. Miarso menjelaskan:
Pertama; harus ada kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media tersebut. Tujuan ini beraneka ragam; apakah untuk keperluan hiburan, informasi umum, pembelajaran, dst. Atau bahkan lebih spesifik: belajar kelompok, individual, untuk usia tertentu, dan sebagainya.
Kedua; familiaritas media. Artinya, kita harus mengenal sifat dan cirri-ciri media yang akan kita pilih.
Ketiga; setelah mengetahui sifat dan ciri-ciri tersebut, kita memperbandingkan satu dengan yang lain untuk diambil keputusan terbaik.
Dalam pada ini, media dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) media yang dimanfaatkan atau media by utilization yaitu media yang biasa beredar di pasaran bebas dan dikomersialkan dan biasanya kita tinggal menggunakannya saja. (2) media yang dirancang atau media by design yang harus dipersiapkan dan dikembangkan sendiri.
Untuk media by utilization kriteria pemilihannya sebagaimana Erickson dan Curl (1972) mengembangkannya dalam bentuk checklist sebagai berikut:
1- Apakah materinya penting bagi siswa?
2- Apakah dapat menarik minat siswa untuk belajar?
3- Apakah ada kaitan yang mengena dan langsung dengan tujuan khusus yang hendak dicapai?
4- Bagaimana format penyajiannya diatur, apakah memenuhi sekuens atau tata urutan belajar yang logis?
5- Apakah materi yang disajikannya mutakhir dan otentik?
6- Apakah konsep dan faktanya terjamin kecermatannya?
7- Apakah isi dan presentasinya memenuhi standar?
8- Bila tidak, apakah ada keseimbangan controversial?
9- Apakah pandangannya obyektif dan tidak meengandung unsure propaganda dan sebagainya?
10- Apakah memenuhi standar kualitas teknis? (Gambar, narasi, efek, warna, dan sebagainya)
11- Apakah struktur materinya direncanakan dengan baik oleh produsennya?
12- Apakah sudah dimantapkan memlaui proses uji coba atau validasi? Oleh siapa. Kondisinya, karakteristik sasarannya, dan sejauhmana hal tersebut berhasil?
Untuk jenis media by design, beberapa pendekatan telah dikembangkan untuk menentukan kriteria pemilihan. Diantara pendekatan-pendekatan itu adalah apa yang disampaikan oleh Anderson (1976). Ia memandang media sebagai bagian integral dari proses pengembangan pembelajaran. Pendekatan yang dipakainya adalah pendekatan flowchart. Dalam proses tersebut dikemukakan 6 langkah penentuan media yaitu: (1) menentukan apakah pesan yang akan disampaikan itu bertujuan pembelajaran atau hanya sekedar informasi/hiburan, (tujuan terakhir ini kita abaikan), (2) menetapkan apakah media itu dirancang untuk keperluan pembelajaran (instruksional) atau alat bantu mengajar (peraga) (Yang belakangan ini juga kita abaikan). (3)menentukan apakah dalam usaha mendorong kegiatan belajar tersebut akan digunakan strategi afektif, kognitif, atau psikomotorik (4) menentukan media yang sesuai dari kelompok media yang cocok untuk strategi yang dipilih dengan mempertimbangkan criteria kebijakan, fasilitas yang ada, kemampuan produksi dan beaya. (5) meriview kembali kelemahan dan kelebihan media yang dipilih bila perlu mengkaji kembali dengan alternative dari nomer 4. Sebelum memulai dengan (6) perencanaan pengembangan dan produksi media tersebut.
Pendekatan flowchart lainnya ialah yang dikembangkan oleh Gagne dan Reiser menurut modus pembelajarannya, yaitu untuk belajar sendiri atau lewat siaran. Langkah-langkah yang dipakai adalah (1) menentukan tujuan, (2) menentukan strategi, yaitu perubahan sikap dan pengalaman belajar atau ketrampilan psikomotorik, (3) menentukan: a. bila psikomotoris, apakah diperlukan kegiatan fisik dan apabila b. bila untuk pengalaman belajar verbal apakah bentuk visual dierlukan, kemudian (4) memilih media yang sesuai untuk maksud yang dikehendaki .
Sedangkan proses pemilihan media untuk modus siaran langkah-langkahnya sama dengan modus belajar sendiri kecuali media untuk tujuan psikomotor (A) adalah: STVP/ siaran TV Pendidikan dengan Tutor, untuk belajar ketrampilan yang tidak memerlukan gerak psikomotoris (B)SRP/Siaran Radio Pendidikan dengan Tutor, untuk belajar sikap (C) SRP, STVP tanpa Tutor (atau Drama), untuk belajar verbal yang memerlukan visual (D) STVP tanpa Tutor dan belajar verbal yang tidak memerlukan visualtu komunikasi interaktif jarak jauh kewat sisten Telekonferensi.
Pendekatan lainnya adalah secara matriks yang melihat kemampuan beberapa jenis media dari indikator stimulusnya.
Atribut/Media Cetak Video
1. Warna
2. 3-D
3. Gerak
4. Kontrol
5. Pilihan Bebas
6. Sensoris
7. Simbol Ya
-
-
Siswa
Tinggi

Visual
Ikonik
Digital Ya
-
Ya
Alat
Rendah

Audiovisual
Ikonik
Digital

Pengembangan Media Pendidikan
Pengembangan media pendidikan terdiri dari berbagai urutan langkah-langkah sistematik yang diawali dengan penyusunan rancangan, penulisan naskah, produksi media, dan evaluasi program media.
Tahap I: Penyusunan Rancangan Media
Penyusunan rancangan media terdiri dari urutan langkah sistematik yang dapat diutarakan sebagai berikut :
a) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
b) Merumuskan tujuan instruksional dengan operasional dan khas.
c) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan.
d) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.
e) Menulis naskah media.
f) Mengadakan tes dan revisi.
Tahap II: Penulisan Naskah Media
Supaya materi instruksional dapat disampaikan melalui media, materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan dan atau gambar, yang kemudian kita sebut dengan naskah program media. Maksud dari naskah program media ini adalah sebagai penuntun dalam memproduksi program media.
Pada umumnya lembaran naskah dibagi menjadi dua kolom. Pada naskah film bingkai, film, dan video/tv lembaran naskah dibagi dua sama lebarnya. Pada kolom sebelah kiri dicantumkan urutan gambar yang harus diambil kamera serta penjelasan tentang sudut pengambilan gambar itu. Pada kolom sebelah kiri itu akan dapat dibaca apakah gambar harus diambil dengan close up, medium shot, long shot, dan sebagainya. Di kolom sebelah kanan dituliskan narasi atau percakapan yang harus dibaca para pelaku, serta music dan suara-suara yang harus direkam.
Dalam menuliskan naskah itu semua informasi yang tidak akan disuarakan oleh pelaku harus ditulis dengan huruf besar, sedangkan narasi dan percakapan yang akan dibaca oleh pelaku ditulis dengan huruf kecil .
Treatment
Sebelum naskah ditulis biasanya kita harus menuliskan treatmentnya terlebih dulu. Treatment adalah uraian berbentuk esei yang menggambarkan alur penyajian program kita. Dengan membaca treatment kita akan dapat mempunyai gambaran tentang urutan visual yang akan nampak pada media serta narasi atau percakapan yang akan menyertai gambar itu. Bila musik dan efek suara akan digunakan hal tersebut akan tergambar juga dalam treatment ini.
Tahap III: Produksi Media
Dengan adanya naskah media yang berguna sebagai penuntun atau pemandu, kemudian kita mengambil gambar, merekam suara, memadukan gambar dan suara, memasukkan music, serta menyunting gambar dan suara itu supaya alur penyajiannya sesuai dengan naskah, menarik dan mudah diterima oleh stokeholder. Semua kegiatan itulah yang disebut dengan kegiatan produksi.
Untuk mempersiapkan media audiovisual maka yang harus diperhatikan sebagaimana fungsi pemanfaatan TEP adalah:
- Mengarahkan (to assign)
- Mempersiapkan (to prepare)
- Menyajikan (to present)
- Membantu (to assist)
- Melaksanakan kelanjutan dari penggunaan sumber-sumber belajar. Selanjutanya jika fungsi pemanfaatan sudah dilakukan, maka dilakukan diseminasi (penyebaran) .
Dalam kegiatan produksi, ada tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara atau pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Jumlah personel semakin kompleks tergantung dari tingkat kerumitan media. Pada produksi TV/video dan film jumlah kerabat kerja lebih kompleks disbanding media audio .
Tahap IV: Evaluasi Program Media
Apapun media yang kita buat perlu dinilai terlebih dahulu sebelum dipakai secara luas. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang kita buat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan ataukah tidak.
Jenis Evaluasi
Ada dua macam bentuk evaluasi media yang dikenal dengan evaluasi formatif dan evaluasi summatif.
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi bahan-bahan pembelajaran (termasuk ke dalamnya media) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data itu dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam bentuk finalnya, setelah diperbaiki dan disempurnakan orang lain atau diri kita sendiri, akan mengumlkan data untuk menentukan apakah media yang kita buat layak digunakan dalam situasi-situasi tertentu ataukah media tersebut benar-benar efektif seperti yang kita laporkan. Jenis evaluasi ini disebut evaluasi summatif. Kegiatan evaluasi dalam program pengembangan media pendidikan di sini akan menitikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif .
Tahap Evaluasi
Ada tiga tahapan evaluasi formatif yaitu evaluasi satu lawan satu, evaluasi kelompok kecil dan evaluasi lapangan.
a. Evaluasi satu lawan satu (one to one)
Pada tahap ini pilihlah dua orang atau lebih siswa yang dapat mewakili populasi target dari media yang kita buat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Hendaknya salah satu dari dua orang tersebut dari orang yang kemampuan umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu lagi di atas rata-rata.
Kita juga bisa memberikannya kepada ahli bidang studi (content expert), karena mereka seringkali memberikan umpan balik yang bermanfaat.
Informasi yang dapat kita peroleh dari kegiatan ini misalnya; kesalahan pemilihan kata, uraian yang tak jelas, kesalahan dalam memilih lambing visual, kurangnya contoh, urutan penyajian yang keliru, dan lain sebagainya.
b. Evaluasi Kelompok Kecil (small group evaluation)
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-20 siswa yang dapat mewakili populasi target. Mengapa harus jumlah tersebut? Sebab kalau kurang dari 10 data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target, sebaliknya bila lebih dari 20 data yang diperoleh melebihi dari yang diperlukan dan menyulitkan analisi data.
Siswa yang dipilih harus benar-benar mencerminkan populasi. Sampelnya mewakili dari kelompok siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai; laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan latar belakang.
Dari hasil umpan balik ini, media disempurnakan.
c. Evaluasi Lapangan (Field Evaluation)
Jenis evaluasi ini adalah yang tahap terakhir dari evaluasi formatif. Setelah melalui dua tahapan di atas tentu media yang kita buat sudah mendekati kesempurnaan, namun begitu masih harus dibuktikan. Lewat evaluasi lapangan inilah kebolehan media kita uji.
Yang harus dilakukan, kita pilih 30 siswa dengan berbagai karakteristik sesuai dengan karakteristik populasi sasaran.
Satu hal yang perlu dihindari baik untuk dua tahap evaluasi sebelumnya dan terlebih lagi untuk evaluasi lapangan adalah apa yang disebut hallo effect. Situasi ini terjadi apabila media dicobakan pada responden yang salah. Artinya bila kita, misalnya mencobakan film kepada siswa yang belum pernah nonton film, tentu pada situasi seperti ini informasi yang kita peroleh banyak dipengaruhi oleh sifat kebaruan tersebut hingga datanya kurang dipercaya.
Dengan demikian, setelah proses evaluasi ini diharapkan media yang kita hasilkan tingakt efektivitas dan efisiensinya bisa diterima.

Kesimpulan
- Media pendidikan terbukti mampu meningkatkan proses belajar siswa. Karena sudah sewajarnya kita gunakan media ini sebagai sumber ajar.
- Masing-masing media cetak dan media audio visual mempunyai karakteristiknya sendiri-sendiri. Keduanya harus bisa melengkapi satu dengan yang lain. Yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan kelebihan masing-masing.
- Dengan melihat kelebihan-kelebihan masing-masing media cetak dan audio visual seperti yang dijelaskan di atas dan melihat konsep pengajaran bahasa Arab, kiranya dapat dikatakan bahasa media cetak kiranya lebih cocok untuk membantu mengembangkan skill bahasa membaca. Sedangkan media audio visual bisa dipakai untuk membantu skill mendengar. Karenanya variasi penggunaan media pendidikan merupakan kata kunci dalam keberhasilan pembelajaran bahasa.

Daftar Pustaka:
- Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
- Media Pendidikan, Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc., dkk, CV. Rajawali, Jakarta, 1990.
- Teknologi Komunikasi Pendidikan, Yusufhadi Miarso, dkk., Pustekkom Dikbud dan CV Rajawali, Jakarta, 1984.
- Televisi Sebagai Media Pendidikan, Drs. Darwanto, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007.
- Teknologi Instruksional, Drs. Mudhofir, Msc. Remaja Karya, Bandung, 1987.
- Ta’lim al-Arabiyyah Li Ghair an-Nathiqin Biha, Ahmad Rusydi Thu’aimah, ISESCO, Rabat, 1989.
- Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran, Drs. Cece Wijaya, dkk., Rosda Karya, bandung, 1992.

BERSAMA UNTUK ISLAM: Analisis Data Penelitian Kualitatif (Sebuah Pengalaman Empirik)

BERSAMA UNTUK ISLAM: Analisis Data Penelitian Kualitatif (Sebuah Pengalaman Empirik)

Analisis Data Penelitian Kualitatif (Sebuah Pengalaman Empirik)

Oleh Mudjia Rahardjo


Pekerjaan paling berat yang dilakukan peneliti setelah data terkumpul adalah analisis data. Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian, karena dari analisis ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantif maupun formal. Selain itu, analisis data kualitatif sangat sulit karena tidak ada pedoman baku, tidak berproses secara linier, dan tidak ada aturan-aturan yang sistematis.

Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah.

Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Di dalam penelitian lapangan (field research) bisa saja terjadi karena memperoleh data yang sangat menarik, peneliti mengubah fokus penelitian. Ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal bisa berubah di tengah jalan karena peneliti menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya tidak terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang lebih bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan data atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, pengalaman dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis data kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut.

Dari pengalaman melakukan penelitian kualitatif beberapa kali, model analisis data yang dikenalkan oleh Spradley (1980), dan Glaser dan Strauss (1967) bisa dipakai sebagai pedoman. Kendati tidak baku, artinya setiap peneliti kualitatif bisa mengembangkannya sendiri, secara garis besar model analisis itu diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis Domain (Domain analysis). Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di dalam data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum perlu membaca dan memahami data secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk memperoleh domain atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan tingkat “permukaan” tentang berbagai ranah konseptual. Dari hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari kata, frase atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan pinggir.

2. Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis). Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih dalam.

3. Analisis Komponensial (Componential Analysis). Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh . Unsur-unsur yang kontras dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan. Kedalaman pemahaman tercermin dalam kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi. Dengan mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok permasalahan.

4. Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes). Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami gejala-gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu, analisis ini berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis, sehingga akan membentuk satu kesatuan yang holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: (1) membaca secara cermat keseluruhan catatan penting, (2) memberikan kode pada topik-topik penting, (3) menyusun tipologi, (4) membaca pustaka yang terkait dengan masalah dan konteks penelitian. Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi dalam bentuk deskripsi, narasi dan argumentasi. Sekali lagi di sini diperlukan kepekaan, kecerdasan, kejelian, dan kepakaran peneliti untuk bisa menarik kesimpulan secara umum sesuai sasaran penelitian.

---Selamat Mencoba---

Catatan:
Sebagai bahan bacaan lebih lanjut, mohon membaca buku “Sosiologi Pedesaan: Studi Perubahan Sosial”, (khusus pada bab Analisis Data), Penerbit UIN Malang Press.

Jumat, 11 Juni 2010

HIDUP LAHIR DAN BATIN

Allah swt. mengajarkan dalam Al Qur’an agar manusia tidak hidup secara fisiknya saja, melainkan lebih dari itu, ruhaninya harus hidup. Menghidupkan ruhani tidak seperti menghidupkan fisik. Ruhani membutuhkan makanan khusus. Untuk memberikan makan kepada ruhani, manusia tidak bisa mengarang sendiri. Manusia membutuhkan tuntunan wahyu. Akal yang Allah swt. berikan kepada manusia tidak sanggup menyediakan makanan ruhani. Karena itu Allah swt. mengutus nabi-nabi, untuk mengajarkan manusia kebutuhan ruhani tersebut.

Sayangnya, banyak manusia yang terlanjur menjadi materialistis. Mereka lupa kepada ruhaninya. Mereka tidak tahu bahwa dalam dirinya ada ruhani yang harus dipenuhi kebutuhannya. Akibatnya mereka hanya sibuk dengan fisiknya. QS. Asy Syams: 9-10
Jiwa adalah unsur ruhani. Perhatikan ayat ini betapa Allah swt. seringkali menggunakan kata an nafs (jiwa) dalam Al Qur’an dalam menggambarkan kebahagiaan. Bahwa kebahagiaan hakiki tidak terdapat dalam gemerlap harta. Bahwa bersih tidaknya jiwa atau ruhani sangat menentukan kebahgaiaan. Banyak peristiwa membuktikan bahwa justru orang-orang semakin menderita ketika mencapai puncak kekayaannya.

Allah swt. yang menciptakan manusia, Dialah yang mengetahui kebutuhan hakiki manusia. Karena itu Allah swt. sediakan sarana-sarana ibadah untuk memenuhi kebutuhan ruhani seperti shalat, puasa, dzikir, dan lain-lain. Pergunakanlah sarana ini sebaik-baiknya!