Bisnis Internet Adsense

Mau Fokus di Adsense ? Klik disini aja!

Selasa, 22 Juni 2010

Pengembangan Teknologi Cetak dan Audio visual dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa Arab



Ahmad Syakirin Asmui

Sebagaimana kita tahu, unsur inti dalam teknologi pendidikan adalah “belajar” dan “sumber-sumber” untuk keperluan belajar itu. Namun kedua unsur inti belum menjamin adanya teknologi pendidikan. Masih diperlukan adanya unsur lain yaitu dipakainya “pendekatan sistem” dan adanya “pengelolaan” atas seluruh kegiatan. Dengan mengutamakan masalah “belajar” (dan bukan alatnya atau bahannya) maka dalam teknologi pendidikan yang dijadikan titik perhatian utama adalah anak didik. Anak didik supaya belajar perlu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar. Proses interaksi ini perlu dikembangkan secara sistematik, serta dikelola dengan baik .
Domain teknologi pendidikan secara ringkas dapat dilukiskan sebagai berikut (AECT, 1971 hal. 2)
:



Karenanya teknologi pendidikan diartikan sebagai “metode bersistem untuk merencanakan, menggunakan, dan menilai seluruh kegiatan pengajaran dan pembelajaran dengan memperhatikan, baik sumber teknis maupun manusia dan anteraksi antara keduanya, sehingga mendapatkan bentuk pendidikan yang lebih efektif .
Dari penjelasan tersebut, cukup jelas bahwa domain kajian ini terletak pada pengembangan sumber belajar yang berupa bahan yang diartikan sebagai sesuatu (biasa pula disebut media atau software) yang mengandung pesan untuk disajikan, melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri . Bahan mana bisa dikembangkan dalam proses pembelajaran Bahasa Arab.
Dari situ, tulisan berikut setidaknya berupaya menguak tiga hal berikut:
- Mengetahui karakteristik dari masing-masing media cetak dan audio visual.
- Mengetahui proses pembelajaran Bahasa Arab.
- Bagaimana media cetak dan audio visual itu bisa dikembangkan untuk pembelajaran bahasa Arab.

Beberapa Pengertian Kata Kunci dalam Kajian ini
- Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia media diartikan sebagai “alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk”. Media cetak adalah sarana media massa yg dicetak dan diterbitkan secara berkala spt surat kabar, majalah. Bahwasannya media itu merupakan wahana penyalur pesan atau informasi belajar, terungkap antara lain dari pendapat ahli seperti berikut:
• Information carrying technologies that can be used for instruction… The media of instruction, consequently are extensions of the richer. (Wilbur Schramm, 1977 dalam Yusufhadi Miarso, 1984).
• Printed and audiovisual forms of communication and their accompanying technology (NEA, 1969, dalam Yusufhadi Miarso, 1984).
• The physical means of conveying instructional content… books, films, videotapes, slide-tipes, etc. (Leslie J. Briggs, 1977, dalam Yusufhadi Miarso, 1984)
Dari ketiga pendapat tersebut sepakat bahwa a) media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, b) bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.
- Teknologi cetak terdiri dari dua kata yaitu teknologi dan cetak. Kata teknologi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: “keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia”. Sedangkan kata cetak (mencetak) adalah “perihal yang berhubungan dengan pencetakan buku dan lain sebagainya”. Sedangkan mencetakkan berarti “menerbitkan buku dan lain sebagainya”. Sementara cetakan diartikan sebagai “penerbitan buku dan lain sebagainya”. Sedangkan media cetak diartikan sebagai “media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti surat kabar dan majalah”. Jadi gabungan dua kata teknologi cetak bias diartikan sebagai “keseluruhan sarana yang dimaksudkan untuk menerbitkan buku dan bahan-bahan cetakan lainnya”.
- Audio visual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “bersifat dapat didengar dan dilihat” atau juga menunjuk pada “alat peraga bersifat dapat didengar dan dilihat, seperti film” .
- Televisi: sistem penyiaran gambar yg disertai dng bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dng menggunakan alat yg mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yg dapat dilihat dan bunyi yg dapat didengar.
I. Karakteristik Media Cetak dan Audio visual dalam Proses Pembelajaran

Manfaat Media Pendidikan Secara Umum:
Secara umum, sebagai bagian dari system pembelajaran, media mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan/ketrampilan untuk:
a) Membuat konkret konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan system peredaran darah;
b) Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar seperti binatang buas atau penguin dari kutub;
c) Menampilkan obyek yang terlalu besar, nisalnya seperti pasar atau candi Borobudur;
d) Menampilkan obyek yang tak dapat diamati dengan mata telanjang seperti halnya mikro-organisme;
e) Mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slomotion; memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya;
f) Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa;
g) Membangkitkan motivasi belajar;
h) Member kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar;
i) Memberikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan;
j) Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu maupun ruang; dan
k) Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa .
Selain itu, media pendidikan secara umum mempunyai kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif anak didik, serta mempersatukan pengamatan anak. Hambatan komunikasi yang sering timbul adalah disebabkan karena:
a. Verbalisme-ketergantungan pada penggunaan kata-kata lisan untuk memberikan penjelasan.
- Seeing is believing (melihat menimbulkan kepercayaan).
- A picture worth a thousand words (satu gambar senilai dengan seribu kata).
b. Kekacauan penafsiran
c. Perhatian yang bercabang
d. Tidak ada tanggapan.
e. Kurang perhatian.
f. Keadaan fisik lingkungan belajar yang mengganggu.
Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
a- Menimbulkan kegairahan belajar.
b- Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
c- Memungkinkan belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minat anak didik.
Dengan sifat yang unik pada tiap anak ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap anak, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanyaitu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan anak berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya untuk dipakai:
- Memberikan perangsang yang sama.
- Mempersamakan pengalaman,
- Menimbulkan persepsi yang sama .
Karakteristik Media Cetak dan Audio Visual:
Sebelum kita membicarakan tentang karakteristik masing-masing dari media cetak dan media audio visual, terlebih dahulu kita perlu mengetahui daftar kelompok dari media pembelajaran yang termasuk dalam kategori media cetak dan audio visual. Tabel berikut akan menjelaskan masalah ini secara lebih gamblang.



Kelompok Media Media Pembelajaran
I. Cetak



II. Audio visual - Buku teks terprogram
- Buku pegangan/manual
- Buku tugas

- Film suara

- Video

Di tinjau dari karakteristik media cetak dan media audio visual, Rudy Bretz melihat media audio visual adalah yang paling lengkap karena ia menggunakan kemampuan audio (dengar) dan visual (gambar) serta gerak. Sedangkan media cetak hanyalah media yang mampu menampilkan informasi berupa huruf dan angka (alpha-numeric) dan simbol-simbol verbal tertentu saja.
Sedangkan Schramm, melihat karakteristik kedua jenis media ini menurut kemampuan daya liputnya. Ia melihat media audio visual mempunyai karakter mempunyai liputan luas dan serentak, tapi juga beberapa jenisnya mempunyai liputan terbatas pada tempat/ruangan. Sementara media cetak seperti buku dan modul merupakan media untuk belajar individual (mandiri).
Schramm juga mengadakan klasifikasi media menurut kontrol pemakai atas media.
Media/Kontrol Portabel Utk di rumah Siap setia saat Terkendali Mandiri Umpan Balik
a. Kelompok Audio visual
Televisi
Film
Video kaset
Komputer*)
b. Kelompok Media Cetak
Buku
Teks berprogram/
Modul



Tidak
Ya
Tidak
Tidak



Ya
Ya


Ya
Ya
Sulit
Tidak



Ya
Ya


Tidak
Ya
Ya
Ya



Ya
Ya


Tidak
Sulit
Ya
Ya



Ya
Ya


Ya
Sulit
Ya
Sulit



Ya
Ya


Tidak
Tidak
Tidak
Ya



Tidak
Ya
Tabel Klasifikasi Media Menurut Kontrol Pemakai
Mengenai kelebihan media TV sebagai bagian sintesis dari media audio visual, Ahustead dan Graf (1960, dalam Drs. Cece Wijaya, dkk 1992) melaporkan hasil studi mereka mengenai pengajaran geometri melalui TV. Kepada siswa kelas 10 diajarkan geometri melalui TV saja, sedangkan kepada sejumlah siswa kelas 4 dan 6 diajarkan memabaca melaui TV dengan kemungkinan akses untuk berbicara balik (bertanya atau menjawab), jika diperlukan. Hasilnya adalah 85% siswa kelas 10 tesebut lulus ujian New York Regents, dan 50 %dari jumlah itu mencapai skor lebih dari 90. Hasil ini setara dengan yang dicapai para siswa yang belajar di sekolah-sekolahj biasa. Sedangkan siswa kelas 4 dan 6 yang belajar membaca lewat TV tadi menghabiskan waktu rata-rata 10 bulan untuk berhasil melampaui tes yang sudah distandarkan untuk pelajaran yang jangka waktunya 9 bulan. Penelitian positif ini juga didukung oleh hasil penelitian-penelitian serupa lainnya yang umumnya melihat peningkatan peserta didik dalam hasil belajar setalah menggunakan media TV. Hal ini membuat Chu dan Schramm (1967) mengemukanan pengalaman berikut mengenai hasil penelitian tentang TV instruktual: Tidak akan ada keraguan lagi bahwa anak-anak dan orang dewasa belajar banyak dari TV instruksional, seperti yang diperoleh mereka melalui pengalaman laiunnya yang dapat dibuat agar penglaman-penglaman yang berbeda tampak serasi dengan mereka, seperti menyaksikan seseorang mengitari lingkaran tarian hula atau seseorang yang sedang membaca ensiklopedia. Keefektifan TV sekarang telah didemonstrasikan dengan baik dalam lebih dari 100 eksperimen dan beberapa ratus perbandingan lainnya, yang dilakukan di berbagai tempat di dunia, baik di Negara berkembang maupun di begara industry, pada setiap angkatan dari taman kanak-kanak sampai pendidikan orang dewasa, dan untuk aneka ragam mata pelajaran serta metode . Para peneliti menemukan kelebihan-kelebihan media TV sebagai sintesis audio-visual, sebagai berikut: 1). Siswa banyak belajar melalui TV pendidikan, bahkan melebihi pengajaran klasikal. 2) dalam banyak hal, program pengajarannya menampakkan hasil belajar yang lebih baik disbanding dengan tatap muka. 3) siswa yang cacat memperoleh keuntungan, karena mereka dapat belajar sebagaimana di kelas. 4) Materi dapat diberikan melalui berbagai media pengajaran audiovisual. 5) TV pendidikan memberikan pengalaman belajar-mengajar yang tinggi tingkatnya .
II. Proses Pembelajaran Bahasa Arab

Bahasa Arab bagi kita boleh dikatakan sebagai bahasa kedua. Pengajaran bahasa kedua oleh para ahli diartikan sebagai “setiap kegiatan terprogram yang dilakukan seseorang untuk membantu orang lain agar mampu berkomunikasi dengan sistem yang berupa simbol kebahasaan yang sama sekali berbeda dengan simbol kebahasaan dan komunikasi yang biasa dipakainya”.
Dari definisi di atas, yang menjadi pertanyaan adalah apa arti kita mengajarkan bahasa Arab kepada orang yang berbicara dengan bahasa lain? Setidaknya kita bisa memahami hal-hal berikut:
1- Pengajaran bahasa Arab lebih luas dari sekedar mengisi otak siswa dengan informasi seputar bahasa Arab atau ide-ide terkait. Pengajaran bahasa adalah kegiatan integral yang bertujuan tiga hal:
 Mengembangkan kemampuan mental siswa
 Membangun emosi siswa dan arah positif emosi mereka terhadap bahasa Arab dan budayanya.
 Penguasaan siswa akan skill bahasa tertentu.
2- Pengajaran bahasa adalah kegiatan terprogram, di mana pengajarnya bertumpu pada persepsi sesuai misi yang diperjuangkannya dan peran yang dimainkannya. Karenanya selayaknya pengajaran itu didasarkan pada planning yang mempunyai tujuan dan langkah-langkah tertentu.
3- Pengajaran bahasa bukanlah upaya sendirian di depan orang lain, ia adalah rekontruksi pengalaman. Rekontruksi ini merupakan kegiatan yang memerlukan peran dari guru dan siswa. Ia adalah upaya bersama dan integral yang menuntut kerja keras guru dan siswa.
4- Tujuan pengajaran bahasa Arab bukanlah guru menambah segala hal kepada siswa, guru menemani siswanya sepanjang masa belajar, lalu murid menunggu pendapat dari guru dalam setiap keadaan, menjawab pertanyaan. Guru yang sukses adalah yang membantu siswa untuk berpikir sendiri dan untuk dirinya sendiri.
5- Pengajaran bahasa Arab adalah pengajaran yang memudahkan proses pembelajarannya. Sementara pengajaran yang tidak bagus adalah yang menghambat prose situ atau mendatangkan kesalahan.
6- Prinsip-prinsip dari sikap pengajaran adalah sama, yang berbeda adalah cara menangani prinsip itu. Kurikulum berbeda, metode pengajaran berbeda, materi pelajaran bermacam-macam….dst.
7- Hasil dari logika pengajaran bahasa dan budaya asing bukanlah segalanya, di sini cara/media mempunyai urgensi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Yang terpenting, bukannya kita menjejali siswa dengan informasi dan pengetahuan, justru penting juga bagaimana informasi dan pengetahuan itu dipelajari. Proses adalah salah satu dari tujuan-tujuan pengajaran, sebagaimana hasil belajar juga termasuk tujuannya .

III. Pengembangan Media Cetak dan Audio Visual untuk Pembelajaran Bahasa Arab.
Sebelum kita membicarakn tentang pengembangan media baik cetak maupun audia visual, ada satu hal yang tak kalah pentingnya dalam teknologi pendidikan terkait dengan medianya, yaitu pemilihan media yang tepat. Berikut sedikit akan diuraikan tentang prinsip-prinsip pemilihan media dan karakter masing-masing media.
Pemilihan Media
Teori umum yang mendukung proses pemilihan media memang belum ada karena ada. Namun begitu ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media meskipun caranya dapat berbeda. Miarso menjelaskan:
Pertama; harus ada kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media tersebut. Tujuan ini beraneka ragam; apakah untuk keperluan hiburan, informasi umum, pembelajaran, dst. Atau bahkan lebih spesifik: belajar kelompok, individual, untuk usia tertentu, dan sebagainya.
Kedua; familiaritas media. Artinya, kita harus mengenal sifat dan cirri-ciri media yang akan kita pilih.
Ketiga; setelah mengetahui sifat dan ciri-ciri tersebut, kita memperbandingkan satu dengan yang lain untuk diambil keputusan terbaik.
Dalam pada ini, media dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) media yang dimanfaatkan atau media by utilization yaitu media yang biasa beredar di pasaran bebas dan dikomersialkan dan biasanya kita tinggal menggunakannya saja. (2) media yang dirancang atau media by design yang harus dipersiapkan dan dikembangkan sendiri.
Untuk media by utilization kriteria pemilihannya sebagaimana Erickson dan Curl (1972) mengembangkannya dalam bentuk checklist sebagai berikut:
1- Apakah materinya penting bagi siswa?
2- Apakah dapat menarik minat siswa untuk belajar?
3- Apakah ada kaitan yang mengena dan langsung dengan tujuan khusus yang hendak dicapai?
4- Bagaimana format penyajiannya diatur, apakah memenuhi sekuens atau tata urutan belajar yang logis?
5- Apakah materi yang disajikannya mutakhir dan otentik?
6- Apakah konsep dan faktanya terjamin kecermatannya?
7- Apakah isi dan presentasinya memenuhi standar?
8- Bila tidak, apakah ada keseimbangan controversial?
9- Apakah pandangannya obyektif dan tidak meengandung unsure propaganda dan sebagainya?
10- Apakah memenuhi standar kualitas teknis? (Gambar, narasi, efek, warna, dan sebagainya)
11- Apakah struktur materinya direncanakan dengan baik oleh produsennya?
12- Apakah sudah dimantapkan memlaui proses uji coba atau validasi? Oleh siapa. Kondisinya, karakteristik sasarannya, dan sejauhmana hal tersebut berhasil?
Untuk jenis media by design, beberapa pendekatan telah dikembangkan untuk menentukan kriteria pemilihan. Diantara pendekatan-pendekatan itu adalah apa yang disampaikan oleh Anderson (1976). Ia memandang media sebagai bagian integral dari proses pengembangan pembelajaran. Pendekatan yang dipakainya adalah pendekatan flowchart. Dalam proses tersebut dikemukakan 6 langkah penentuan media yaitu: (1) menentukan apakah pesan yang akan disampaikan itu bertujuan pembelajaran atau hanya sekedar informasi/hiburan, (tujuan terakhir ini kita abaikan), (2) menetapkan apakah media itu dirancang untuk keperluan pembelajaran (instruksional) atau alat bantu mengajar (peraga) (Yang belakangan ini juga kita abaikan). (3)menentukan apakah dalam usaha mendorong kegiatan belajar tersebut akan digunakan strategi afektif, kognitif, atau psikomotorik (4) menentukan media yang sesuai dari kelompok media yang cocok untuk strategi yang dipilih dengan mempertimbangkan criteria kebijakan, fasilitas yang ada, kemampuan produksi dan beaya. (5) meriview kembali kelemahan dan kelebihan media yang dipilih bila perlu mengkaji kembali dengan alternative dari nomer 4. Sebelum memulai dengan (6) perencanaan pengembangan dan produksi media tersebut.
Pendekatan flowchart lainnya ialah yang dikembangkan oleh Gagne dan Reiser menurut modus pembelajarannya, yaitu untuk belajar sendiri atau lewat siaran. Langkah-langkah yang dipakai adalah (1) menentukan tujuan, (2) menentukan strategi, yaitu perubahan sikap dan pengalaman belajar atau ketrampilan psikomotorik, (3) menentukan: a. bila psikomotoris, apakah diperlukan kegiatan fisik dan apabila b. bila untuk pengalaman belajar verbal apakah bentuk visual dierlukan, kemudian (4) memilih media yang sesuai untuk maksud yang dikehendaki .
Sedangkan proses pemilihan media untuk modus siaran langkah-langkahnya sama dengan modus belajar sendiri kecuali media untuk tujuan psikomotor (A) adalah: STVP/ siaran TV Pendidikan dengan Tutor, untuk belajar ketrampilan yang tidak memerlukan gerak psikomotoris (B)SRP/Siaran Radio Pendidikan dengan Tutor, untuk belajar sikap (C) SRP, STVP tanpa Tutor (atau Drama), untuk belajar verbal yang memerlukan visual (D) STVP tanpa Tutor dan belajar verbal yang tidak memerlukan visualtu komunikasi interaktif jarak jauh kewat sisten Telekonferensi.
Pendekatan lainnya adalah secara matriks yang melihat kemampuan beberapa jenis media dari indikator stimulusnya.
Atribut/Media Cetak Video
1. Warna
2. 3-D
3. Gerak
4. Kontrol
5. Pilihan Bebas
6. Sensoris
7. Simbol Ya
-
-
Siswa
Tinggi

Visual
Ikonik
Digital Ya
-
Ya
Alat
Rendah

Audiovisual
Ikonik
Digital

Pengembangan Media Pendidikan
Pengembangan media pendidikan terdiri dari berbagai urutan langkah-langkah sistematik yang diawali dengan penyusunan rancangan, penulisan naskah, produksi media, dan evaluasi program media.
Tahap I: Penyusunan Rancangan Media
Penyusunan rancangan media terdiri dari urutan langkah sistematik yang dapat diutarakan sebagai berikut :
a) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
b) Merumuskan tujuan instruksional dengan operasional dan khas.
c) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan.
d) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.
e) Menulis naskah media.
f) Mengadakan tes dan revisi.
Tahap II: Penulisan Naskah Media
Supaya materi instruksional dapat disampaikan melalui media, materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan dan atau gambar, yang kemudian kita sebut dengan naskah program media. Maksud dari naskah program media ini adalah sebagai penuntun dalam memproduksi program media.
Pada umumnya lembaran naskah dibagi menjadi dua kolom. Pada naskah film bingkai, film, dan video/tv lembaran naskah dibagi dua sama lebarnya. Pada kolom sebelah kiri dicantumkan urutan gambar yang harus diambil kamera serta penjelasan tentang sudut pengambilan gambar itu. Pada kolom sebelah kiri itu akan dapat dibaca apakah gambar harus diambil dengan close up, medium shot, long shot, dan sebagainya. Di kolom sebelah kanan dituliskan narasi atau percakapan yang harus dibaca para pelaku, serta music dan suara-suara yang harus direkam.
Dalam menuliskan naskah itu semua informasi yang tidak akan disuarakan oleh pelaku harus ditulis dengan huruf besar, sedangkan narasi dan percakapan yang akan dibaca oleh pelaku ditulis dengan huruf kecil .
Treatment
Sebelum naskah ditulis biasanya kita harus menuliskan treatmentnya terlebih dulu. Treatment adalah uraian berbentuk esei yang menggambarkan alur penyajian program kita. Dengan membaca treatment kita akan dapat mempunyai gambaran tentang urutan visual yang akan nampak pada media serta narasi atau percakapan yang akan menyertai gambar itu. Bila musik dan efek suara akan digunakan hal tersebut akan tergambar juga dalam treatment ini.
Tahap III: Produksi Media
Dengan adanya naskah media yang berguna sebagai penuntun atau pemandu, kemudian kita mengambil gambar, merekam suara, memadukan gambar dan suara, memasukkan music, serta menyunting gambar dan suara itu supaya alur penyajiannya sesuai dengan naskah, menarik dan mudah diterima oleh stokeholder. Semua kegiatan itulah yang disebut dengan kegiatan produksi.
Untuk mempersiapkan media audiovisual maka yang harus diperhatikan sebagaimana fungsi pemanfaatan TEP adalah:
- Mengarahkan (to assign)
- Mempersiapkan (to prepare)
- Menyajikan (to present)
- Membantu (to assist)
- Melaksanakan kelanjutan dari penggunaan sumber-sumber belajar. Selanjutanya jika fungsi pemanfaatan sudah dilakukan, maka dilakukan diseminasi (penyebaran) .
Dalam kegiatan produksi, ada tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara atau pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Jumlah personel semakin kompleks tergantung dari tingkat kerumitan media. Pada produksi TV/video dan film jumlah kerabat kerja lebih kompleks disbanding media audio .
Tahap IV: Evaluasi Program Media
Apapun media yang kita buat perlu dinilai terlebih dahulu sebelum dipakai secara luas. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang kita buat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan ataukah tidak.
Jenis Evaluasi
Ada dua macam bentuk evaluasi media yang dikenal dengan evaluasi formatif dan evaluasi summatif.
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi bahan-bahan pembelajaran (termasuk ke dalamnya media) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data itu dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam bentuk finalnya, setelah diperbaiki dan disempurnakan orang lain atau diri kita sendiri, akan mengumlkan data untuk menentukan apakah media yang kita buat layak digunakan dalam situasi-situasi tertentu ataukah media tersebut benar-benar efektif seperti yang kita laporkan. Jenis evaluasi ini disebut evaluasi summatif. Kegiatan evaluasi dalam program pengembangan media pendidikan di sini akan menitikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif .
Tahap Evaluasi
Ada tiga tahapan evaluasi formatif yaitu evaluasi satu lawan satu, evaluasi kelompok kecil dan evaluasi lapangan.
a. Evaluasi satu lawan satu (one to one)
Pada tahap ini pilihlah dua orang atau lebih siswa yang dapat mewakili populasi target dari media yang kita buat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Hendaknya salah satu dari dua orang tersebut dari orang yang kemampuan umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu lagi di atas rata-rata.
Kita juga bisa memberikannya kepada ahli bidang studi (content expert), karena mereka seringkali memberikan umpan balik yang bermanfaat.
Informasi yang dapat kita peroleh dari kegiatan ini misalnya; kesalahan pemilihan kata, uraian yang tak jelas, kesalahan dalam memilih lambing visual, kurangnya contoh, urutan penyajian yang keliru, dan lain sebagainya.
b. Evaluasi Kelompok Kecil (small group evaluation)
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-20 siswa yang dapat mewakili populasi target. Mengapa harus jumlah tersebut? Sebab kalau kurang dari 10 data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target, sebaliknya bila lebih dari 20 data yang diperoleh melebihi dari yang diperlukan dan menyulitkan analisi data.
Siswa yang dipilih harus benar-benar mencerminkan populasi. Sampelnya mewakili dari kelompok siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai; laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan latar belakang.
Dari hasil umpan balik ini, media disempurnakan.
c. Evaluasi Lapangan (Field Evaluation)
Jenis evaluasi ini adalah yang tahap terakhir dari evaluasi formatif. Setelah melalui dua tahapan di atas tentu media yang kita buat sudah mendekati kesempurnaan, namun begitu masih harus dibuktikan. Lewat evaluasi lapangan inilah kebolehan media kita uji.
Yang harus dilakukan, kita pilih 30 siswa dengan berbagai karakteristik sesuai dengan karakteristik populasi sasaran.
Satu hal yang perlu dihindari baik untuk dua tahap evaluasi sebelumnya dan terlebih lagi untuk evaluasi lapangan adalah apa yang disebut hallo effect. Situasi ini terjadi apabila media dicobakan pada responden yang salah. Artinya bila kita, misalnya mencobakan film kepada siswa yang belum pernah nonton film, tentu pada situasi seperti ini informasi yang kita peroleh banyak dipengaruhi oleh sifat kebaruan tersebut hingga datanya kurang dipercaya.
Dengan demikian, setelah proses evaluasi ini diharapkan media yang kita hasilkan tingakt efektivitas dan efisiensinya bisa diterima.

Kesimpulan
- Media pendidikan terbukti mampu meningkatkan proses belajar siswa. Karena sudah sewajarnya kita gunakan media ini sebagai sumber ajar.
- Masing-masing media cetak dan media audio visual mempunyai karakteristiknya sendiri-sendiri. Keduanya harus bisa melengkapi satu dengan yang lain. Yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan kelebihan masing-masing.
- Dengan melihat kelebihan-kelebihan masing-masing media cetak dan audio visual seperti yang dijelaskan di atas dan melihat konsep pengajaran bahasa Arab, kiranya dapat dikatakan bahasa media cetak kiranya lebih cocok untuk membantu mengembangkan skill bahasa membaca. Sedangkan media audio visual bisa dipakai untuk membantu skill mendengar. Karenanya variasi penggunaan media pendidikan merupakan kata kunci dalam keberhasilan pembelajaran bahasa.

Daftar Pustaka:
- Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
- Media Pendidikan, Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc., dkk, CV. Rajawali, Jakarta, 1990.
- Teknologi Komunikasi Pendidikan, Yusufhadi Miarso, dkk., Pustekkom Dikbud dan CV Rajawali, Jakarta, 1984.
- Televisi Sebagai Media Pendidikan, Drs. Darwanto, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007.
- Teknologi Instruksional, Drs. Mudhofir, Msc. Remaja Karya, Bandung, 1987.
- Ta’lim al-Arabiyyah Li Ghair an-Nathiqin Biha, Ahmad Rusydi Thu’aimah, ISESCO, Rabat, 1989.
- Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran, Drs. Cece Wijaya, dkk., Rosda Karya, bandung, 1992.

Tidak ada komentar: